Justru festival obral buku seperti jadi tanda yang mengkhawatirkan, terutama bagi industri buku. Perusahaan sebesar Gramedia Group pun akhirnya melakukan banting harga dalam skala massal karena jika tetap dijual seperti harga jual, tak ada yang membelinya.
Eh, pedagang2 di pinggir jalan tuh ada "jatah premannya" ya?
Td lagi makan trus dateng 2 orang kek preman ngasih kode ke yg jualan trus dikasih duit, penjual lain juga sama satu2 didatengin pada ngasih duit.
Speechless, kasian juga yg jualan, mana yg beli sepi :(
Kegagalan mahasiswa bikin skripsi karena sejak awal mereka tak pernah diberi tau bagaimana menulis dengan baik. Sering diminta bikin makalah, tapi ditumpuk semata tanpa memeriksanya lebih lanjut. Dan hal tersebut juga diperparah oleh pengajar yang juga tak pernah menulis.
Minat baca (di) Indonesia itu memang tak bisa dilihat dari minat baca semata, tetapi juga terkait dengan berbagai ketimpangan infrastruktur. Mulai dari harga yang mahal hingga biaya distribusi yang tinggi. Dari sini, belanja buku tak jadi habbit mayoritas masyarakat.
Kalau tombol Banser sudah diaktifkan, NU akan masuk pada fase konservatif yang paling ekstrem. GP Ansor-Banser punya jejak berdarah dalam pembantaian PKI dan simpatisannya pada 1965.
Mengapa tak jadi habbit? Di kalangan kelas menengah mepet pun, anggaran buku harus berkelahir dengan anggaran kebutuhan pokok yang kian tinggi. Sementara akses gratis terhadap buku masih cukup jarang mencakup hingga level terkecil di desa dan rukun tetangga.
Sarjana-sarjana NU ini lumayan banyak, mulai dari didikan dalam negeri, Timur Tengah maupun didikan Barat. Tapi kualifikasi penceramahnya masih terus-menerus mendaur cerita yang bahkan sulit sekali diverifikasi dan bahkan tak pernah baca buku selain kitab-kitab klasik.
Gus Iqdam itu ngga ngerti apa2 soal konflik Palestina-Israel, dia ngga baca karya intelektual macam Chomsky, Ilan Pappe, Edward Said, atau pastor progresif Mitri Raheb yg mengkritik teologi imperium kekristenan Barat.
Berita duka bagi dunia sastra dan literasi Indonesia.
Telah pulang ke rahmatullah, sastrawan Langit Kresna Hariadi, Senin, 30 Mei 2022, 17.05 di Karanganyar. Semoga amal beliau diterima di sisi Allah Swt dan semua buku-bukunya menjadi amal jariyah yang bisa kita baca.
Kota jelek dan tindakan aparat yang buruk. Walaupun dengan branding kota Pusat Peradaban, kota ini seperti dikutuk untuk tertinggal dan nggak pernah bisa maju.
Pacaran itu urusan pribadi, kehidupan rumah tangga itu pribadi. Kapan dua hal itu jadi urusan publik? Saat di dalamnya ada kekerasan, baik verbal maupun fisik. Publik berhak ikut campur saat ada kekerasan. Ini etika dasar yang seharusnya bisa dipahami oleh siapa pun.
G30S/PKI adalah salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia, terjadi pada malam 30 September 1965. Dengan narasi resmi dan kontroversi yang masih terus diperdebatkan, peristiwa ini meninggalkan trauma mendalam dan mengubah arah sejarah bangsa.
#Sejarah
#G30S
Agak susah menggalakkan membaca, kalau infrastruktur seperti perpustakaan daerah malah tutup saat masyarakat punya waktu libur bekerja. Perpustakaan daerah malah tutup saat Sabtu-Minggu.
Pembangunan fisik di negeri ini sudah luamayan. Yang masih perlu digenjot adalah pembangunan mental. Salah satu hal penting dlm pembangunan mental: tradisi membaca.
Membaca buku dlm bentuk kertas PERLU digalakkan lagi. Perpustakaan perlu dibangun hingga ke pelosok2.
Jogja barangkali dihidupkan dari komunitas² non-profit. Sampai akhirnya, korporasi, terutama dr Jakarta mengincar lingkungan di sekitar ekosistem komunitas tersebut dan memperlakukannya dg gaji rendah. Pemerintah tdk berusaha melakukan proteksi, sementara korporasi senang dg itu.
Baru aja ngobrol sama temen dan bener. Jogja itu kota yang gak bisa dihargai dan menghargai. Di Jogja kamu bisa hidup walau pengangguran sampai 10 tahun kemudian baru sadar kalo kamu gak ngapa-ngapain ke hidupmu sendiri dan menyebutnya nrimo ing pandum sebagai tameng sakti.
Sebagai kelas menengah mepet, jujur, aku punya ketakutan yang sama. Lahir dari keluarga yang tak sukses-sukses amat, hidup di Indonesia makin tak realistis jika tak ada pengaman sosial yang cukup dr negara. Apalagi, aku tak cukup mampu buka bisnis, seperti kebanyakan orang.
Guys, jujur gua takut bgt sama masa depan gua di indo. kaya semua mahal, trs juga banyak yang kena phk, trs juga semakin hari semakin berasa indonesia itu bakalan krisis ekonomi.. gua takut harus bgt balik ke masa gua gak pegang uang sepeserpun, kalian ngerasa hal yang sama kah?
Sejak cawe-cawe di Pilpres, sebagai orang NU, aku wes nyatakan mosi tidak percaya terhadap PBNU. Harapanku mungkin terlalu tinggi untuk kepengurusan Gus Yahya ini.
Kemampuan membaca yang buruk dan hasrat adu domba yang mendarah daging adalah kombinasi yang mematikan. Sayangnya populasi orang semacam ini banyak sekali.
Esai yang bagus jika tanpa dua paragraf terakhir yang memuji Prabowo yang jejaknya penuh darah di Tim-Tim dan Tim Mawar '98, walaupun lahir dari keluarga intelektual yang suka membaca.
Part 9
Saat Fahmi ketemu beberapa anjing buas.
Kalau penulis nggak pernah dikejar anjing buas atau minimal ketemu di jalan peliharaan orang, mana mungkin tiba-tiba nemu anjing gajak jadi jinak.🤣
Betul. Membenturkan buku cetak dan ebook bukan saja tidak relevan, tetapi juga bukan hal semestinya dilakukan oleh para pembaca. Julian Baggini membahas beberapa penelitian di esainya "Ebook vs Kertas" dlm buku yg diterbitkan
@pojokcerpen
ini.
Kita bahas pelan-pelan, ya.
sudahlah. jangan menyalahkan buku elektronik jika ada toko buku fisik tutup. masalahnya bukan di situ. buku cetak dan buku elektronik tidak saling mematikan. 2021, di prancis, misalnya, penjualan buku cetak naik sampai 300%. ebook juga naik meski tak sebesar itu.
Mahasiswa di Banda Aceh memaksa membubarkan pengungsi Rohingya yg kebanyakan perempuan & anak-anak. Sampai ketakutan. Barbar!
Apa bedanya kalian dg kelompok beringas tak berpendidikan? Almamater kalian itu simbol pendidikan tinggi. Tapi mental kalian biadab.
Apakah pembaca harus mengetahui maksud penulis saat membaca sebuah karya sastra? Jawabanku: TIDAK! Karya sastra yang sudah diterbitkan sudah menjadi milik publik da karena itu semua orang berhak untuk memberikan opininya, mulai dari yang digarap dg receh hingga yang serius.
Agan-agan kiri mentok perlu baca buku kek gini. Biar enak kalau berdebat tanpa ngalor-ngidul soal definisi. Biar kritik enak dilakukan tanpa terjebak pd gatekeeping. Buku ini mengurai berbagai kesalahan berpikir seperti cognitive biar dan logical fallacy.
Di penerbitan Kanisius di Jogja, ada kafe yang cukup sejuk. Pohon besar masih dirawat. Jika pesan menu, kalian cukup foto barcode dan bayar lewat VA tanpa perlu login akun dan pergi ke kasir. Melihat ini, aku selalu yakin kalau Katolik lebih terdepan dari umat Islam mana pun.
Saat era 80-90an, cendikiawan muslim Indonesia begitu akrab dg para pemikir Islam di belahan dunia lain. Jika Gus Dur memperkenalkan Hasan Hanafi dengan konsep Islam Kiri, maka Amien Rais memperkenalkan Ali Syariati kepada anak Muda Muhammadiyah dengan konsep cendikiawan Muslim.
Kalau mau diurut bisa begini: daya beli rendah karena upah pekerja stagnan, sementara harga kebutuhan pokok meroket + akses baca minim. Keadaan tsb berpengaruh pada minat baca yang tersentral di perkotaan. Dari yg sudah dilakukan pun belum ada jaminan daya baca juga ikut naik.
Pemberian pangkat kehormatan kepada Prabowo tak hanya untuk melegitimasi kekuasaan hari ini, tetapi juga adalah usaha untuk menghapus sejarah kelamnya sebagai seorang jenderal berdarah. Buku Kronik ini merupakan salah satu upaya menolak penghapusan sejarah kelam tsbt.
Untuk Samarinda dan sekitarnya, yang mau buku ini bisa DM aku. Harga normal 155rb. Bisa dapat harga lebih murah kalau pemesanannya banyak.
Kronik Penculikan Aktivis dan Kekerasa Negara 1998 ~ Muhidin M. Dahlan ~ I:boekoe ~ 2024 ~ xii + 506 hlm.
Terpujilah penerbit yang layout-nya pakai catatan kaki, bukan catatan akhir/catatan belakang. Sumpah yang terakhir ini bikin repot saat baca buku. Apalagi kalau buku tebal, repotnya berlipat.😩
Aku ingat betul bagaimana buku ini menjadi pegangan penting kalangan aktivis kampus. Malu kalau tidak membaca buku ini. Saat itu, sudah jarang beredar di tokobuku. Sebagian besar mendapatkan bajakannya di Shoping/fotocopy tertentu. Kali ini,
@marjinkiri
menghadirkannya kembali.
@kanatahiba
Jadi inget kasus penyanyi yang menang kontes di Jepang, terus piala yang diberi gratis oleh penyelenggara malah dipajakin oleh becuk. Negara aneh memang ini
Pegawai negeri itu punya mental penjilat sejak era kolonial. Sejarah membentuk mereka. Membungkuk di hadapan atasan, dan menindas kepada yang lemah. Bea Cukai, PNS, dan lembaga-lembaga pegawai negeri lainnya, akan terus seperti itu. Selamanya. Hingga revolusi sosial menyapunya.
Saat ada orang bertaruh hidup dikepung tambang, masih ada yg berpikir kalau itu hanya soal khilafiyah? Jika mau memakai kaidah yang sama dengan di tulisan ini, tambang itu masfadatnya sungguh maksimal. Satu kampung di Kaltim pernah musnah karena tambang.
Kalau semua nurutin kiri Twitter mah dunia gak akan jalan. Karena semuanya harus nunggu ideal dulu.
Fafifu mengejar skenario ideal dari balik ketikan jempol akun anonymous.
UGM paling pelit kalau urusan akses skripsi, tesis, dan disertasi. Cuma dikasih abstrak, daftar pustaka, daftar isi, dan kover di bagian depan. Isinya sama sekali nggak open akses.
mengingatkan temen2 mahasiswa
kalau Skripsi kalian umumnya hanya akan dibaca maksimal 10 orang:
- dirimu
- pembimbing 2
- penguji 1
- adik kelasmu
KECUALI kalian bercerita isinya dan membuat PDF-nya bisa diunduh dari repository
Membaca buku seharusnya membuat diri semakin rendah hati dan menyadari ada banyak hal yang tidak diketahui. Ada banyak hal di dunia ini yang berada di luar jangkauan pengetahuan kita.
Saat artis Jakarta bikin turname eksklusif di antara mereka sendiri dan orang biasa hanya jadi penonton, Pak Duta milih tinggal di Jogja dan bermain bersama massa ra'jat.
[Video] Aksi Duta S07 dalam turnamen voli antar RT Padukuhan Manukan Condongcatur tadi malam , meski Timnya kalah namun turnamen tersebut berlangsung meriah.
Apakah nantinya mas duta akan bergabung bersama Fahri, Dony haryono, Farhan Halim dkk. Let's see
📸:
@viandhusodo
Mau urun rembuk. Jika teman-teman tertarik dengan filsafat, terutama yang dari nonfilsafat, bisa mencoba buku "Sebelum Filsafat" karya Fahruddin Faiz ini. Buku ini berisi hal-hal penting sebelum masuk ke inti konsep/pemikiran filsafat dari banyak tokoh.
hmm tiba-tiba kepikiran. mungkin di sini ada temen-temen yang tertarik belajar filsafat tapi bingung mau mulai dari mana dan takut sama "otoritas," sy mau bagiin tips seadanya alias cara sy belajar waktu kuliah dulu.
Sesudah semua penyiksaan, pembunuhan, perampasan, kerja paksa, pemenjaraan tanpa peradilan, kekerasan seksual, distorsi sejarah, dan setengah abad stigma—kau pikir PKI sudi mema'afkanmu?
Tak ada permintaan ma'af, dan tidak perlu. Tiada ma'af untuk sebuah kejahatan tanpa hukuman!
Guna mewarnai keributan soal Ronggeng Dukuh Paruk yg akhirnya kontraproduktif karena tuduhan semata dari sipaling nyastra & berakhir perundungan. Aku mengajak semua pembaca sastra (mau situ nyebut pop atau serius u/ membaca esai Eka Kurniawan ini. Mas Eka, izin share ini, ya.😁
Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926 - Takashi Shiraishi (Hilmar Farid)
Penerbit:
@marjinkiri
Tebal: xxiv + 558 hlm
Terbit: 2023 (baru), 1997 (Grafiti)
Judul Asli: An age in motion: popular radicalism in java, 1912-1926 (1990, Cornell)
#BacaBukuSejarahBareng
Kalau belum pernah ada yang melihat lukisan yang ada di Bandara Soekarno-Hatta, beginilah wujudnya. Sosok DN Aidit nyempil di antara ratusan wajah yang membentuk Indonesia Merdeka.
Salah satu konten teranyar video Mojok: Jas Merah. Berisi tentang informasi sejarah yg penting untuk diketahui masyarakat kita. Jangan sekali-kali kita melupakan sejarah. Dengan pemateri seorang sejarawan kondang yg menepi di bukit Selarong.
Soal Papua, Anda perlu hati-hati kalau hanya menganggapnya hanya soal duit triliunan itu. Hal serupa juga pernah dilontarkan orang-orang Belanda saat mereka menjajah Hindia Belanda.
Soal harkat dan martabat orang Papua, jauh lebih kompleks, Bung.
Btw Otsus Papua itu triliunan lho, kalaupun dirasa kurang, boleh lho disuarakan, kalau distribusinya bermasalah, boleh juga dikritik.
Dan kita sebenarnya bisa lho memperjuangkan suatu isu tanpa mendeskreditkan isu yang lain
Tulisan Lukman Solihin tersebut kelak disempurnakan menjadi tesis masternya di Antropologi UGM dan diterbitkan secaea massal melalui
@pojokcerpen
dan sudah dicetak ulang. Sejauh ini, kesimpulan tesisnya masih cukup relevan dan kontekstual.
Dengerin cerita teman-teman yang ikutan summer school di UGM bikin sadar kalau kamu punya hobi belajar, baiknya pergi ke luar negeri. Di sana kamu nggak bakal ditanya-tanya soal ketidaklinearan jurusan yang telah dipilih. 😆
Untuk pembaca buku, terutama teman² yg aktif di media sosial lainnya, jika ingin bergabung dgn klub buku, komunitas buku atau sejenisnya, pastikan tempat tersebut punya prinsip yg sama sbg tempat aman bagi membernya dan bebas dari segala tindakan pelecehan dan kekerasan seksual.
Jika suatu saat
@bukugpu
menerbitkan kembali Musashi karya Eiji Yoshikawa hasil terjemahan Koesalah Soebagyo Toer, kembalikanlah namanya dicetakan selanjutnya. Walaupun terjemahan itu modelnya beli putus sekali bayar, penerjemah masih punya hak intelektual atas hasil kerjanya.
Ada banyak kritik ketika Project Multatuli merilis opini berjudul “Darurat Aktivisme Borjuis” yang ditulis oleh Abdil Mughis Mudhoffir & Rafiqa Qurrata A’yun. Bukan saja kritik terhadap opini tersebut, tapi juga kritik kepada Project Multatuli sebagai media yang merilis opini
Yang mau belajar Cak Nur bisa diakses di sini. 2020 lalu, Nurcholish Madjid Society (NCMS) menerbitkan semua buku Cak Nur ini dan menyebarkannya di lamannya. Ada 5031 halaman.
Unpopular:
Penulis skripsi atau karya ilmiah tugas akhir lainnya, semestinya memerlukan editor bahasa. Sebab, karya ilmiah tersebut sering kali hadir di hadapan penguji dengan kondisi yang menyedihkan dan tidak layak secara tata bahasa.
Buku ini agak bermasalah secara metodologis karena menampilkan sejarah PKI secara anakronis. Buku ini berargumen bahwa babakan sejarah PKI itu pararel dan dilepas dari konteksnya. Selain itu, buku ini seperti "cuci tangan" NU dalam keterlibatannya dalam 1965.
Sudah saatnya pembaca tidak dianggap sebagai komoditas semata. Pembaca adalah subjek terakhir dari mata rantai distribusi penerbitan buku. Jika ingin dihormati dan disegani pembaca, hormatilah kritik mereka sebagai bagian dari perbaikan dari industri buku.
Ini efek karena tidak ada pendidikan politik di akar rumput. NU yang punya basis sampai di desa-desa tidak melakukan pendidikan politik dan malah ikut promosi paslon. Rakyat dan umat tetapi dibiarkan lugu oleh para ulamanya.
"Saya sudah dikasih 100 sama calon itu, kalau nggak saya pilih nanti saya dosa."
Di Indonesia, pola pikir ini sudah ada sejak kapan ya?
Saya mendengarnya sejak masih kecil, dan masih mendengarnya sampai hari ini.
"Salah satu kaidah fikih mengatakan “Dar’ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih.” Mencegah kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil manfaat."
Respons lengkap atas esai Gus
@ulil
yang tayang di Kompas beberapa hari lalu.
Selain S. Rukiah, ada satu lagi sastrawan perempuan Lekra, tapi cukup jarang dibicarakan di lini masa: Sugiarti Siswadi. Dan ini tampaknya masih satu-satunya yang membahas karyanya sebagai buku utuh.
Setelah pernyataan permintaan maaf pemerintah Belanda atas kolonialisme yg mereka lakukan, pendapatku soal buku ini barangkali berubah. Buku ini telah memberikan keuntungan kpd pihak Belanda yang menyatakan mitos 350 tahun dijajah dan berimplikasi pd politik di Belanda.
"Aku 15 tahun, Sekretaris Sarekat Islam afdeling Surabaya."
Lahir pada 1899 di Mojokerto, Semaoen bergabung dengan SI Surabaya di umur 14 tahun, setahun berikutnya pada 1914 dipercaya sbg sekretaris SI Surabaya, ya di umur 15 tahun!
Beberapa tahun lalu, ada akun di Facebook yang sering membagikan arsip lawas secara gratis via email. Di antara kiriman arsip tersebut, ada lima esai Pram.
#SeabadPram
2 malam lalu, di emperan gedung 21 lantai, disaksikan
@abdurarsyad
, di tengah kepulan asap rokok, saya bilang pada Fico:
“20 tahun lalu saya menulis panjang ttg kakekmu, Murad, dan saudara-saudara kakekmu. Judul tulisannya: Wangsa Aidit.”
Coki gak ikutan dlm percakapan itu.
Awal kuliah dulu, Al-Fayyadl dan Martin adalah nama yang cukup tersohor di kalangan persma atau aktivis mahasiswa. Keduanya sering kali disebut sebagai lawan tanding intelektual sepadan. Terlebih, saat Al-Fayyadl keluar dari lingkaran IP dan membuat Islam Bergerak.