Katanya "it takes a village to raise a child". Saya setuju dan sudah membuktikan 🙋♀️
Let me show you, a day in my life as a working mom without a nanny ~
Di twitter pada flexing pencapaian & karir, di tiktok lagi trending pembahasan ibu-ibu mid 30s ke atas yang pada kesulitan cari kerja lagi setelah break ngurus anak.
Sedih. Paham banget rasanya. Plus emang cari kerja secara umum utk siapapun lagi sulit kan.
Kata gw mah narasi women empowerment di dunia kerja udah jangan ngomongin di level motivasi lagi. Kita mah termotivasi-termotivasi aja, ngusahain support systemnya ituloh yang setengah mati.
Cashew milk ini yang bikin adalah eks kolega ku, product leader di tech yang sekarang bikin FMCG company. (Also a woman leader I look up to)
Coba deh! Untuk kopi mending tanpa atau less sugar. Harga pun terjangkau 👌🏻
Dan untuk menjabarkan betapa besar support system yang dibutuhkan seorang ibu bekerja:
- suami
- dua keluarga dari ibu & ayah si anak
- guru-guru di daycare
- ibu catering
- ibu setrika
- laundry, warung makan, merchant & driver ojol, dll 🤣
It takes a village to raise a child.
Nambah lagi. Selama ini saya udah nyobain freelance, bisnis, full IRT, dan sekarang kerja full-time.
Yang paling susah? Ibu rumah tangga. No debat.
Salut untuk semua ibu rumah tangga!!!
Mungkin bapack-bapack yang flexing karir boleh sesekali kasih kredit ke istri yang merelakan waktunya untuk break berkarya dan fokus ke anak di early life mereka. Karena sejatinya ga sesimpel itu kalau mau balik kerja atau berkegiatan lagi pas anaknya udah besar.
Saya tipe yang terlalu bosan sama narasi ibu bekerja vs. ibu rumah tangga. Karena pada kenyataannya cuma ada 2 jenis ibu-ibu:
1) ibu yang bisa memilih keadaannya
2) ibu yang tidak bisa memilih keadannya
Setelah melihat daftar di atas, coba bayangkan seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan itu semua?
Coba aja total semua, nilai ekonomi pekerjaan domestik itu besar loh.
Ngetwit ini siapa tahu ada leaders atau founders yang baca dan bisa improve sistem jadi lebih inklusif lagi (gak cuma buat ibu2 tapi siapapun yg break kerja jd caretaker)
Sambil mari kita berdoa bersama supaya keadaan ekonomi membaik & kesempatan bekerja makin banyak, amin 🤲
Saya nulis ini sebagai pengingat diri sendiri aja, berhasil survive menjalani hari aja harusnya sudah jadi pencapaian.
Kebetulan jiwa ini agak teracuni hustle culture & selalu ingin produktif bikin ini itu lah, nulis lah. Liat orang lain bisa bikin side projects terkadang iri.
Sering denger topik diskusi "wanita harus mandiri, gak bergantung sama suami, bisa cari yang uang sendiri, jaga-jaga kalau nanti suami kenapa-kenapa."
Padahal suami kenapa-kenapa itu kasusnya lebih jarang. Kemandirian wanita itu DIBUTUHIN banget untuk hal sehari-hari.
Termales lihat tech people yang gak ada empati 🫣
Hidup keenakan di atas angin dibiayai cheap money/ZIRP selama ini padahal mah ke depannya ga secure hidupnya.
Sebelumnya, ada beberapa alasan kenapa saya bekerja full-time:
1. Butuh uang (maklum, belum punya rumah)
2. Setelah proses pencarian jati diri selama 2thn setelah melahirkan, saya lebih nyaman kerja
3. Saya penerima beasiswa negara & merasa harus berkontribusi di ranah publik
Pasti ini masa yang sulit bagi freshgrad untuk cari kerjaan.
Mau coba sharing soal kerjaan yang aku lakuin 6 tahunan terakhir, namanya "UX Researcher".
Kerjaan ini cocok untuk lulusan desain, fasilkom, dan ilmu sosial.
[ THREAD ]
Yang merasa masih muda, please networking yang baik ya. Kenal baik para co-worker. Be really good at something & let people around you aware of it. Simply be kind & nice to people.
Bermanfaat banget kalau udah umur 30an dan malas banget ketemu orang baru 😂
💚 Gua tau mama gua suka nyimpen makanan atau jajanan nya sendiri di kamar, tiap gua liat gak pernah gua ambil juga makanannya dia. tapi gua kaget liat kulkas sampe dinamain dan gak cuma satu. Berasa lagi ngekos 😅
Menurutku untuk survive di job market UI/UX saat ini itu back to basic sih, jagoin crafting!
Bikin desain interface yang cakep dan useful.
Lupakan fafifuwazwezwoz design thinking research lalalila
Ohiya lalu lingkungan kerja yang suportif juga penting. Bersyukur banget punya manager yang juga orang tua & anaknya juga toddler😂. Jadi beliau paham gimana keadaan saya (walau saya remote beda negara).
Ya sudah gitu aja. Mari kita mengumpulkan semangat untuk kerja besok!! 💪
Setiap pagi kurang lebih:
Bangun - 7.45: Bikin sarapan, siapin bawaan anak, bekal suami (kl ada)
7.45 - 8.10: Berdua antar ke day care
Gak boleh telat karena:
- Suami (WFO) kejar meeting jam 8.30
- Saya (WFH) harus ready kerja/meeting jam 9 di rumah
Dulu wondering ini orang-orang di tech gajinya sangat cepat naiknya dan yang namanya market kalau overpriced nanti pasti ada koreksi. Lalu koreksinya kaya gmn ya?
Ternyata jawabannya sekarang terlihat: mass layoff, silent layoff, bell curve assessment, dll. Serem.
Mau bikin thread ibu-ibu lagi ah. Sekarang di TikTok lagi trend video "pembantunya lulusan S1...." alias si ibu tersebut ceritanya berasa jadi pembantu padahal lulusan pendidikan tinggi. Kocak sih, tapi lama-lama bikin mikir.
Normalize belajar sesuatu atau baca buku karena seneng dan menikmati proses dan kontennya aja, bukan karena harus bisa/ngerti apapun yang dipelajari tersebut.
Man, it's hard to keep up with the hustle culture 😂
9.00 - 16.00: kerja
... yang diselipin:
- masak makan siang (kl ga mood ya grabfood)
- sapu/vakum rumah
- cuci piring
- jemur baju & angkat jemuran
- ambil makanan dari ibu catering
- siapin jemuran kering untuk dikasih ke ibu strika
@alandakariza
@mathdroid
Bidang UX/design kan identik sama "empati", jadi coba dipraktekkan dengan pelajari konteks. Apalagi kalau banyak praktisi junior yang lihat, bukan mentalitas yang bagus untuk dicontoh.
You can do better than this
@DesignRant2
. People are dying, a bit of positivity wouldn't hurt.
Di sini ada yang merasakan decision fatigue? Sejak jadi org tua + karyawan senior/leader aku sering banget ngerasain. Ada saatnya buanyaaak banget keputusan yang harus dibuat dalam satu waktu, overwhelmed deh.
Bukan mau sharing cara ngatasinnya krn blm tau jg 🤣
Rekrut partisipan untuk UX Research itu susah.
Udah ngerasain di tim kecil & harus rekrut sendiri (nelponin satu-satu), jadi vendor yg ga dapet budget recruitment, dan nyoba di company besar yg punya tim ResearchOps. Emang harus alokasi ekstra waktu sih.
Nambahin dikiiitt. Sebelumnya ada pengasuh merangkap ART dan ini solusi paling nyaman. Tapi tiap 6 bulan harus was-was orangnya gak balik ketika mudik. Dan karena anak sudah 3 tahun, akhirnya memutuskan daycare (paud + TPA) supaya anaknya belajar & bersosialisasi juga~
Apakah dalam 7 jam tersebut pekerjaan sudah selesai? ya tentu saja belum! Wkwk.
Untungnya karena tim semua di SG, jadi jam 4 (jam 5 SGT), meeting udah jarang banget. Sangat bersyukur utk ini.
16.00 - 17.00: jemput anak dari daycare, antar ke rumah eyangnya untuk main
Yuk mulailah kita omongin gimana bikin opsi-opsi karir yang gak cuma kerja fulltime. Sekarang udah pada balik WFO lagi ya siap-siap aja banyak emak-emak drop-off dari dunia kerja.
Kirain pandemi industri revolutionize cara kerja yak, ternyata ya cuma sementara aja wkwk
Biasanya kalau di acara yang pembicaranya petinggi perusahaan atau pejabat wanita yang sukses, pasti kunci suksesnya adalah "managemen waktu dan pendelegasian urusan rumah"
Ya tapi kalau gak ada orang untuk didelegasikan tuh gimana gak sih? 🥲
Berdasarkan data ini ada 3 individu yang kerja di Indonesia dengan detail:
1. People manager, 6-7 yoe, gaji 120jt/bulan
2. Designer, 3-4 yoe, gaji 115jt/bulan
3. Researcher, 2-3 yoe, gaji 93jt/bulan
Coba diajak sharing lah yang gini-gini wkwk
500 UX Researchers, UI/UX Designer, UX Writers, Design Managers, Design Ops, etc mengisi survey "Kepoin Dunia UX Indonesia 2023" di bulan November tahun lalu. Ada Devena, Via, Puput, Dea, and gua yang ikut menganalisis hasilnya dan jadilah ini 58 slides berikutnya tentang state
21.30 - 24.00: lanjut kerja kalau masih ada yang harus dikerjain, lanjut nonton atau scroll tiktok 🤣
kebetulan anak saya agak spesial, hobi banget kebangun dari tidurnya. jadi kerja pun pasti kepotong-potong.
Setiap iseng cek grup-grup komunitas belajar UX, anxious sendiri liat isinya:
- Link UI design di dribbble/behance
- Study case medium yang mirip-mirip entah siapa yg ngarahin bentuknya ky gitu
- Survey yang dibuat tanpa pemahaman riset
17.00 - 18.00: lanjut kerja yang belum selesai/meeting kalau ada, mandi, siapin makan malam
18.00 - 20.00: jemput anak dari rumah eyang, suapin, makan, main, bersih2
kadang kalau sibuk banget, bisa lebih lama di rumah eyang.
"Ibu harus berpendidikan tinggi karena ibu madrasah pertama anak" Saya setuju. Tapi setelah merasakan sendiri, ternyata seorang ibu sepintar apapun harus mindful/berkesadaran dulu. Kalau belum damai sama diri sendiri, jujyur susah fokus urus anak.
✨TWITTER DESIGN CHALLENGE✨
#1
Aplikasi PrimaKu: Redesign fitur untuk tambah data berat & tinggi anak
Submission: Boleh cuma coret di kertas, boleh sampai high fidelity pakai animasi terbang-terbang. Bebas.
Dulu interview sana sini untuk posisi Design Lead, kalau ditanya alasannya selalu jawab dengan: selama jadi researcher hanya fokus di problem space, sekarang mau coba fokus di solution space dan jadi decision maker.
Pas udah tercapai, decision fatigue tiap hari 😂
Mau eksperimen bikin workshop UXR yang agak beda dari biasa. Selama ini agendanya kan teori + studycase aja. Ini pengin coba masukin diskusi, feedback & refleksi, jadi ga cuma satu arah dr mentor. Mentor lebih sebagai fasilitator.
Mau share juga pengalaman break kerja full-time selama nyaris 2 tahun, lalu udah kembali kerja full-time lagi.
Pelajaran utama: buat kamu yang kerja di industri digital, ternyata BISA loh gak perlu galau milih antara keluarga dan karir.
Untuk perempuan yang merasa terkendala karirnya karena harus nyusuin bayi atau karena hal lain:
Waktu itu kita yang pegang kendalinya. Yang penting, dijaga terus spiritnya agar tetap tumbuh. Bikin plan, disiplin menjalankan plan.
Pintu rejekimu akan terbuka dengan sendirinya.
Akhirnya beres masa probation di kantor baru. Masih gak nyangka akhirnya bisa balik jadi designer 🥹
*Walau pakai Figma masih ngah-ngoh-ngah-ngoh, untungnya kerja sama UI Designers yang jago-jago puooolll 👍
Terharu lihat replies yang share cerita juga. Cuma bisa bilang SEMANGATTT 💪💪💪💪
Utk yg tanya suami ngerjain apa: apapun ketika dia ada waktu luang. Kebetulan orangnya clean freak jadi passionate bgt bersih2 & ngosek, buat healing katanya 🥲
@romeogadungan
Salut sama orang-orang yang berlomba kreatif. Paling suka sama orang2 ahli bidang tertentu yang ngemas ilmu mereka jadi versi mudah dicerna. Ga gampang itu.
Usability Testing (tanpa jargon) adalah cari tahu:
1) User ngerti ga sih sama yg keliatan di layar? Yg mreka tangkep sama kek yg kita maksud pas ngedesain?
2) User ngerti cara pakainya kaga? Tau ga mreka kudu ngapain?
3) Kalau udah bisa pake, sesuai gak sama keadaan pas pake?
Beberapa minggu ini dimentorin senior di kantor (di luar manager). Difasilitasi untuk bikin growth target & reflection. Bersyukur banget melalui fase ini karena mungkin di tempat lain biasanya tergolong senior jadi gak tahu harus belajar dari siapa.
Untuk sosayeti & company, udah lihat ya jadi ibu itu softskill-nya oke?
Minta tolong kasih kesempatan ibu-ibu:
- untuk posisi managerial
- yg mulai kerja lagi stelah break panjang
- kerja dgn sistem kerja paruh waktu/fleksibel
Ga semua orang cocok wirausaha. Sekian.
Kayanya konten UX Research masih kebanyakan seputar how-tos & metode risetnya ya?
Baru sadar selama ini bikin materi juga masih kurang mendalami di bagian nyambungin riset ini ke business objectives.
Denger-denger dari employer, nyari talent UI/UX yang berkualitas masih agak challenging ya.
Penasaran, dari sisi jobseeker saat ini apa kesulitannya ya?
Kesimpulan setelah beberapa kali sesi ADPList:
Source belajar UX Research kayanya kurang banget ya? Referensi portofolio jarang, referensi jawaban test lowongan UXR juga langka.
Apa lagi info yang susah dicari?
Design system di tech: bikin proses desain lebih efisien & dokumentasi lebih baik
Design system di corpo: semua orang jadi bisa ngedesain kan tinggal drag & drop 👍🏼
Belum lama ada yang nanya, gimana ya prospek UX Research ke depan? Ga ada yang bisa prediksi, tapi aku lebih saranin jadi generalis UX yang bisa desain juga utk sekarang. Artikel ini jelasin keadaannya.
The UX Research Reckoning is Here by
@juddantin
Setuju banget. Untuk yang masih job-seeking UXR baiknya cari alternatif role lain. Aku sendiri pindah ke design, ada beberapa teman yang jadi business analyst, ada yang di CX.
Masih belum kebaca role ini ke depan akan seperti apa, pasti redefined apalagi dgn adanya AI.
- Entry level UXR opening in Germany
- 556 applicants in 5 days
- 13 director-level candidates
- More than 250 candidates with Master's degree
UX Researcher ini mungkin sekarang better cobain ke role-role lain like customer experience, process engineering, market research,
@SumitroYoel
Bener. Yang nonton seakan2 jadi si pemeran utama yang diperebutkan 🤣
Drakor ceritanya super enteng ga perlu mikir, visual bagus, berasa ikut cerita. Mayan quick fix stelah kerja seharian. Sama lah kek orang2 nonton porn, main game, intinya escaping the reality yg boring
Kesimpulannya, penting untuk jadi mindful dan memahami diri sendiri. Sadar kita bisa/tidak memilih keadaan. Sadar tentang waktu. Sadar akan kebutuhan jiwa kita. Gak perlu denial kalau ada yang memang belum fulfilled. Mari kita bergandengan tangan bingung bersama, bun🤝
@NisaPrasetyanto
Kita cukup privileged jadi insyallah bisa. Tapi aku ngalamin kesulitan membuktikan kalau aku selama break itu bukannya "kosong" dan masih grow professionally. padahal emang beneran freelance sana sini! tetep aja susah numbuhin kepedean lagi.
Cukup sering ditanya seputar jurusan & kampus S2 oleh sesama praktisi UX. Menurutku emang di market kaya gini, cocok sih kalau mau lanjut studi & cari beasiswa sambil nunggu keadaan membaik.
Coba ya aku cicil share ya tentang MSc. HCI di University College London, UK.
Lalu yang salah apa?
Yang salah itu keadaan yang membuat pilihan wanita cuma ibu rumah tangga, berdagang, dan bekerja full time 🙃
Juga narasi bahwa berdaya = menghasilkan uang 🙄
@puty
Yang sedih jadi ibu-ibu muda agak susah bermimpi, merasa udah repot urus anak yg masih kecil. Padahal anak akan besar. Gimana ya keep the flame alive sampai waktunya bener2 ada kesempatan & bisa eksekusi
Baru saja menyelesaikan minggu pertama di pekerjaan baru. Industri baru (bye tech!), role baru, struktur tim beda dari sebelumnya, dan scope kerjaan juga beda. Berasa jadi freshgrad lagi 😄
Untuk UX Researcher yang kepikiran mau ambil S2 HCI atau MSc lainnya, coba deh ambil course ini
Ini kurang lebih materi caturwulan pertama saya pas kuliah kemarin. Kalau enjoy, cus. Kalau gumoh, pikir-pikira lagi aja 😂
Biggestd reflection in my career so far is to not petantang-petenteng trying to apply what I think are best practices (from my previous companies/past experiences) at my new work. Only after years of working did I realize that humility > knowledge.
April tahun lalu onboarding di kantor setelah break kerja full time 2 tahun.
Dalam setahun:
- 2 pengasuh resign
- 2 kali kena covid
- resign dr posisi manager dan kembali jadi IC
Salah satu tahun terberat dalam hidup, tapi jadi masa belajar paling banyak juga 💪
Dua minggu lagi mau bikin mini workshop crafting insights. Coba mana sini ngacung yang masih bikin laporan UT kaya gini: "4 dari 5 partisipan bisa menyelesaikan task ini"
Weekend kemarin ngisi workshop dan ternyata pesertanya 2 orang product owner. Excited banget sampai nambahin materi on the spot tentang aligning UX Research dengan product roadmap & timeline.
Mau ngadain online sharing session/meetup dengan topik business thinking lagi bulan depan✌️
Yang masih suka butuh ahli nujum untuk memahami stakeholders atau keadaan perusahaan, yuk kita ngumpul, cerita-cerita, berkeluh kelas bersama.
Buat yang berkarir di yueks dan tech, gak usah khawatir karena di masa emas tech kmrn, semua serba inflated. Pada bisa riding the wave jadi cepet naik jabatan & gaji.
Pertanyaannya, apakah sustainable? Kalau sekarang umur 30, kamu masih harus kerja 25 tahun lagi loh 👍
Diskusi design leadership:
Suatu saat nanti ketika market tech membaik, Kamu adalah lead di tim design kecil berisi 4 orang. Suatu hari, perusahaan baru dapat funding & kamu dikasih arahan utk nambah 5-7 headcounts untuk ngerjain produk2 eksperimen. Apa strategi kamu?
Iklan layanan masyarakat:
Backup kerjaan dan kumpulkan materi portfolio secepatnya. Khawatirnya akhir Q4/semester 2 perusahaan mulai intens layoff lagi.
*Sedih juga ya hidup kaya gini
Saya percaya ketika jadi ibu, berarti peran kita bertambah bukan berganti. Saya juga percaya kita punya peran selain ibu & istri di dunia (cuma kadang belum tahu/belum waktunya aja). Saya percaya kalau ilmu yang dititipkan oleh Tuhan ke kita akan bermanfaat bagi orang lain juga.
Hi guys. Grab is hiring Senior UX Researchers based in Jakarta. If you want to level up your research skill & apply a higher ceiling of rigor, please apply!
DM me for info 🙋♀️
Dari: "Kerja remote/WFH ini paling cocok untuk ibu-ibu, ini harusnya jadi standar!"
Ke: Commuting 3-4 jam tiap hari sambil terus mbatin "semoga lelah ini menjadi Lillah"
Itulah adulting versiku 🤣
Kalau nanti jadi petinggi perusahaan, pengin ah bikin inisiatif program "Ibu kerja kembali", mirip internship tapi khusus ibu-ibu yang balik kerja setelah break urus anak bayi balita.
Sayangnya cita-cita tertinggi jadi instruktur zumba bukan petinggi 🤪
Belakangan ini sering dapet laporan dari team recruiter kalau untuk kandidat Design Researcher banyak yang gak bisa provide research portfolio, atau malah gak tau cara buatnya. He?
Banyak juga yg golongan 2, tidak bisa memilih keadaan. Harus bekerja krn punya masih tanggungan orang tua, harus di rumah karena tidak ada support system di perantauan, dll. Bisa bertahan di keadaan seperti ini tandanya kita hebat & lapang dada, gak perlu terusik orang lain juga.
yang disuka dari ngajar:
- jadi terpaksa belajar lagi
- jadi refleksi ke pengalaman kerja selama ini
- bikin diri ini merasa kurang pinter terus lalu sadar masih ada room for improvement & apa aja yang harus dipelajari
udah ada belum sih senior-senior desen yang co-creating materi belajar gitu. bikin outline materi UX/digital product design, jadiin standar, jadi benchmark course2 gitu daripada bikin materi nyeleneh...
Penting bagi kita untuk sadar kita ada di golongan yg mana. Berada di golongan 1 tandanya kita privileged. Mau itu pilihannya bekerja, berbisnis, freelance, atau ibu rumah tangga. Jadi karena pilihan & keputusan sendiri, seharusnya kita pede aja.