Sedari tadi, kamu mondar-mandir di ruang tamu apartment. Kuku jemarimu sudah habis digerogoti, akan tetapi, apa daya? Kamu butuh distraksi! Setiap lima detik sekali, kamu bergantian melirik jam…

Suara tarikan nafas yang tajam merobek hening. Matamu membelalak lebar, seakan bola matamu ingin meloncat keluar. Poni melekat di dahimu, basah oleh cucuran keringat. Tanganmu yang tengah meremas…

Bukan, bukan kebiasaannya yang mencuci muka dulu baru sikat gigi — menurutmu ini aneh. Atau kebiasaannya menggantungkan kunci di lubangnya, tidak dicabut dan diletakkan pada key holder yang letaknya…

Kamu menggigit bibir bawahmu. Berbalut jubah mandi, kakimu bergoyang-goyang kalut, menimbulkan keriut pelan dari kasur di bawahmu. Berkali-kali, Nanami Kento, suamimu, mengingatkanmu untuk berpikir…

Kamu yakin sekali, pintu apartment mu sudah kamu kunci tadi pagi, tepat setelah mencium suamimu yang hendak berangkat kerja. Tidak mungkin kamu melewatkan urutannya. Peluk. Cium. Menunggu punggungnya…

Kekasihmu, Nanami Kento, benar-benar sedang fokus dengan pekerjaannya. Kamu mengerti, deadlinenya lusa dan pekerjaannya baru selesai setengah. Tapi kamu merasa sangat bosan—dan frustasi, sebenarnya…

Act II: The Fall

Satu kata yang lolos dari bibirnya membuatmu mematung. Badanmu setengah berada di luar. Tanganmu meremas gagang pintu. Jantungmu berdebar tidak karuan. Entah apa yang kamu rasakan saat ini, yang…

Plastik pada genggaman tanganmu berkersik pelan di sepanjang lorong yang gelap. Kamu bersyukur masih ada coffee shop yang buka dan menerima pesan antar. Jika tidak, kamu tidak tahu lagi bagaimana…

Narsistik. Mungkin terlalu percaya diri? Suka seenaknya. Hanya mengandalkan tampang. Tidak cocok menjadi direktur kreatif. Seorang pria berdiri di samping monitor besar di ujung ruangan…

Pandanganmu berputar liar. Semuanya tampak familiar, sekaligus aneh. Mungkin karena jantungmu bertalu dengan ganas, mungkin juga karena riuhnya ruangan tidak memberikanmu kesempatan untuk berpikir…

Dipanggil seperti itu, pemuda yang berada di balik mesin penggiling kopi mengangkat kepalanya. Wajahnya familiar. Terlalu familiar, bahkan. Matanya yang bulat mengerjap pelan. Semakin dekat langkahmu…

Layar laptop di atas mejamu berpendar dingin. Gedung kantor sudah mulai sepi. Dari jendela di seberang ruangan, kamu tahu ini sudah larut malam. Sesi kilas balik mengenai awal perjumpaanmu dengan…

Act I: The Creation

Hidungnya yang mancung. Kulitnya yang putih bersih. Rambut hitam panjang, berkilau terurai hingga punggung. Mata tajam dan mulut yang selalu tersenyum. Kalau dijabarkan seperti itu, tidak seharusnya…

Epilogue

Kamu tidak tahu kapan pastinya. Lebih tepatnya, kamu tidak sempat menyadari. Jika saja perjanjian itu membuatmu meringkuk di lantai kamar mandi, berbalut baju tidur yang sudah dua hari tidak diganti…

Sejak tadi aku mencoba untuk menarik napas, tetap saja tersangkut di tenggorokan. Tidak ada yang sukses mengalir ke paru-paru. Keringat dingin mengucur deras dari pelipis, membasahi bantal di…

Kamu berdiri di depan pintu apartmentmu. Badanmu rasanya hancur lebur, baru saja masalahmu dengan Kento selesai, kemudian kamu harus menyaksikan sahabatmu terkapar berdarah-darah. Rasanya tidak ada…

Pemandangan ruang kotak yang disusun oleh tembok semen dan bau lembab mulai familiar di seluruh inderamu. Terkadang badanmu pegal karena terus-terusan berbaring, tapi tidak banyak yang bisa kamu…

Kepulan asap tipis membumbung, menyatu dengan udara malam perkotaan yang pengap. Kamu selalu benci udara selepas hujan seperti ini — pengapnya menjadi dua kali lipat! Belum lagi, badanmu yang…

Baru sekitar dua hari, namun kamu kikuk menghadapi kenyataan bahwa Kento sedang tertunduk di seberang meja makanmu. Sedari tadi, wajahnya tertekuk. Pria itu juga tidak banyak berbicara. Dari…

Mungkin di tahap ini, cermin di hadapanmu sudah muak. Sudah sejam lamanya kamu bolak-balik mematut diri, berganti-ganti outer yang sekiranya cocok dengan dress selutut berwarna hitam yang kamu…

Layar ponsel yang terletak di atas meja menyala, menampilkan notifikasi dari sederet nomor tanpa nama. Bukan hanya matamu saja yang bergulir, namun pria di hadapanmu pun ikut melirik. Tanganmu lebih…

Seminggu sudah berlalu. Karena novel terbarunya belum lama rilis, Suguru sibuk sekali dengan acara-acara promosinya. Ia hanya sempat menyuruhmu ke rumahnya sekali ketika sedang tidak di luar kota…

Lima hal tersebut yang sejak tadi berputar-putar di benaknya. Saat ini, Bea sedang mengalami posisi yang sulit. Amat sulit. Ternyata, proses menyadari bahwa pria yang sedang duduk di…

Sudah satu jam lamanya, layar ponsel milikku dibiarkan menyala di atas meja. Daritadi, kami hanya beradu tatap. Ada yang mengganjal sejak tadi pagi—tidak, sejak aku bertolak ke kota sebelah untuk…

Sembari menenteng secangkir kopi di tangan kananmu, kamu menyusuri rak buku di ruang tamu. Berisi novel-novel usang yang kamu koleksi sejak lama. Berada di deretan tengah, jarimu mengusap salah satu…

Kamu merapatkan jaketmu. Bahan parasutnya bekersik seperti sentuhan daun kering. Tetap saja tidak bisa menghalau dinginnya udara di malam itu. Badanmu tetap gemetar. Lampu-lampu jalanan mulai…